Pengolahan Sampah Organik dengan Metode Eco Enzyme

Pokmas Barokah di Desa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri merupakan satu dari banyak UKM yang terdampak secara ekonomi dari adanya pandemi covid-19. Adanya pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020 lalu mengakibatkan masyarakat terdorong untuk merintis usaha baru. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu usaha kreatif agar ketahanan pangan anggota Pokmas Barokah tetap terjamin serta perekonomian keluarga tetap berjalan dengan baik.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. pada tahap persiapan dimulai pada tanggal 17 April 2021, pada tahap ini tim pengabdian melakukan koordinasi dan survei pendahuluan guna memperoleh gambaran dan permasalahan yang dialami oleh anggota Pokmas Barokah. Tahap kedua adalah pelaksanaan, pada tahap ini tim pengabdian melakukan kegiatan dengan metode ceramah, diskusi, dan praktikum membuat eco enzyme bersama dengan anggota Pokmas Barokah.

Usaha yang dijalankan Pokmas Barokah diantaranya adalah menjual sayuran matang dan aneka macam minuman segar (es). Dari kegiatan usaha tersebut, setiap harinya menghasilkan sampah organik yang cukup banyak. Sampah organik adalah sampah yang dapat mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang kemudian terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau atau disebut sebagai kompos (Pranata, dkk: 2021). Sampah organik sering kali menumpuk begitu saja, hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan dan juga dapat menjadi penyebab penyakit. Akan tetapi, apabila sampah tersebut dapat dimanfaatkan, maka dapat dijadikan sebagai sumber pemasukan lain yang cukup menjanjikan.

Salah satu yang bisa dimanfaatkan dari sampah organik tersebut adalah untuk dibuat eco enzyme. Eco enzyme yaitu hasil dari fermentasi limbah dapur organik, seperti ampas buah dan sayuran, gula (baik gula merah, gula coklat atau gula tebu) dengan air. Warna eco enzyme ini coklat gelap dan beraroma fermentasi asam manis yang segar (Imron, 2020). Selain bermanfaat sebagai zat pengatur tumbuh (pupuk), eco enzyme juga dapat mensuplai ozon. Pertanian eco enzyme dapat mengatasi dampak akibat perubahan iklim, karena larutan eco enzyme tersebut dapat menghasilkan gas O3 atau ozon yang dapat menjadi filter sinar matahari di atmosfir sebelum mencapai bumi (Malelak, 2020). Lebih lanjut menurut Kurniawan (2020) hasil dari fermentasi selama tiga bulan eco enzyme akan berwarna cokelat muda, cairan ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti detergen, sabun, sampo, cairan pembersih lantai, dan juga sebagai pupuk organik.

Pembuatan eco enzyme ini cocok bagi anggota UKM Pokmas Barokah, mengingat banyak dari anggota Pokmas Barokah yang memiliki kebun. Proses pembuatan eco enzyme juga sangat mudah dan sederhana, serta tidak membutuhkan biaya yang besar, sehingga para ibu-ibu rumah tangga tidak akan mengalami kesulitan dalam membuatnya.

Setelah kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan anggota Pokmas Barokah dapat memanfaatkan sampah organik yang selama ini hanya dibuang begitu saja dan menumpuk merusak pemandangan. Eco enzyme dapat dimanfaatkan oleh anggota Pokmas Barokah sebagai pupuk aneka macam tanaman sayur seperti bayam, sawi, cabai, dan lain-lain. Jika selama ini sayuran yang akan diolah untuk dijual menjadi sayuran matang harus membeli, maka setelah kegiatan ini sayur bisa diambil dari hasil kebun sendiri. Dengan demikian hal ini dapat menghemat biaya produksi yang harus dikeluarkan, sehingga dapat meningkatkan laba yang diperoleh.

Pembuatan eco enzyme ini memanfaatkan sampah organik yang difermentasikan dengan gula merah dan air dengan perbandingan setiap 1 liter air : 3 ons sampah organik : 1 ons gula merah. Kemudian, cairan tersebut dimasukkan dalam wadah tertutup, dan dibuka setiap dua hari sekali agar gas dapat keluar. Gas tersebut mengandung ozon yang dapat menjadi filter sinar matahari di atmosfir sebelum mencapai bumi. Indikator keberhasilan eco enzyme ini adalah jika cairan berbau segar seperti tape dan berwarna cokelat muda.

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi, pada tahap ini anggota Pokmas Barokah diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait pemahaman tentang eco enzyme. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui seberapa dalam pemahaman anggota POKMAS Barokah terhadap pengolahan sampah organic menjadi eco enzyme. Setelah mendapat materi terkait sampah organic dan manfaat eco enzyme, serta melaksanakan praktikum membuat eco enzyme bersama, anggota POKMAS Barokah dapat memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan sampah organic dan anorganik, serta dapat membuat eco enzyme dengan baik. Hasil eco enzyme kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman macam-macam sayur sebagai bahan baku membuat aneka sayur matang yang akan dijual. Dengan memetik bahan baku sayur dari kebun sendiri yang lebih sehat karena menggunakan pupuk organik, hal ini tentu saja dapat menghemat biaya produksi sehingga diharapkan dapat meningkatkan laba dari UKM Pokmas Barokah itu sendiri.

Setelah kegiatan pengabdian kepada masyarakat berakhir, anggota Pokmas Barokah dapat memilah sampah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Selanjutnya sampah organik akan diproses menjadi eco enzyme yang digunakan sebagai pupuk tanaman sayur. Sebelum kegiatan ini dilakukan, sayur yang akan diolah untuk dijual adalah hasil pembelian dari tukang sayur, setelah kegiatan ini anggota Pokmas Barokah memetik sayur dari kebun sendiri yang dipupuk menggunakan eco enzyme. Sehingga sayur yang dihasilkan menjadi lebih sehat karena dipupuk menggunakan sampah organik, selain itu tentu saja dapat menghemat biaya membeli pupuk. Dengan demikian, biaya produksi jauh berkurang sehingga dapat meningkatkan laba.

Luaran yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diantaranya adalah laporan kemajuan, laporan akhir, artikel yang dipublikasikan dan produk berupa eco enzyme yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk oleh anggota Pokmas Barokah. (Budhi Utami, Erna Puspita, Puji Astuti)