PELATIHAN POSITIVE SELF TALK BAGI ANAK-ANAK DI RUMAH BACA LENTERA WILIS

Gambar 1. Anak-anak Rumah Baca Lentera Wilis beserta pemateri dan pendiri

Rumah baca lentera wilis merupakan salah satu rumah baca yang didirikan secara mandiri, sebagai bentuk kepedulian akan pendidikan literasi bagi anak-anak di sekitar Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Rumah baca lentera wilis didirikan oleh dua pemudi yaitu Putri Argo Kinasih & Alysia Meidina Safitri. Rumah baca ini berfokus pada peningkatan minat belajar dan baca anak-anak pedesaan di lereng Gunung Wilis.  Melihat kondisi geografis, mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani dan buruh tani, sehingga kurang memperhatikan pendidikan anak- anak. Fakta ini yang membuat tim pengabdian kepada masyarakat program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri tergerak untuk memberikan kontribusi bagi siswa disana. Tim pengabdian terdiri dari dosen yang meliputi Rosalia Dewi Nawantara, M.Pd dan Restu Dwi Ariyanto, M.Pd serta di bantu oleh mahasiswa Danastya Nurdwi Sukma Deva.

Kegiatan pelatihan diikuti oleh 25 siswa yang berumur antara 5-12 tahun. Menurut hasil observasi, anak-anak di rumah baca lentera wilis ini memiliki masalah terkait kontrol diri dalam perilaku menggunakan gawai. Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2022 di Rumah Baca Lentera Wilis. Kegiatan sesi awal yaitu dengan melakukan ice breaking yang dipandu oleh Rosalia Dewi Nawantara, M.Pd dan dibantu oleh pemilik rumah baca yaitu Putri serta mahasiswa Danastya Nurdwi Sukma Deva. Acara bersifat santai dengan mengupayakan kondisi motivasi anak-anak supaya siap mengikuti acara dari pemateri. Saat kondisi siswa sudah mencukupi, Putri menjelaskan tentang pemahaman awal terkait bagiamana mengelola gadget yang baik dan benar dengan teknik positive self-talk. Setelah acara ini selesai maka dilanjutkan pada sesi kedua yaitu sesi pelatihan positive self talk.

Gambar 2. Sesi Inti Pelatihan Positive Self-Talk

Kegiatan kedua yaitu Sesi Inti Pelatihan Positive Self-Talk. Sesi ini diawali dengan apersepsi mengenai bagaimana menggunakan gawai yang bijak. Acara ini dipandu oleh Rosalia Dewi Nawantara, M.Pd dengan menyajikan karakter mister Hepi. Mister Hepi merupakan animasi berbentuk handphone yang harapannya dapat memudahkan anak untuk berimajinasi dan mengidentifikasi perilaku menggunakan gawai pada anak. Identifikasi awal yang ditemukan oleh tim abdimas yaitu terkait apa saja kegunaan gawai dalam kehidupan sehari-hari?. Respon yang diberikan oleh siswa rumah baca Wilis terkait apa saja aplikasi yang mereka gunakan saat bermain gawai sangat beragam yaitu Tiktok, Whatsapp, Youtube dan game Fire Fire serta Mobile Legend. Titok dan Youtube menjadi aplikasi yang sangat sering digunakan oleh siswa karena menyajikan banyak hiburan. Identifikai kedua mengenai durasi penggunaan gawai siswa yaitu rata-rata menggunakan dua jam setiap hari untuk mengakses infromasi maupun hiburan.

Gambar 3. Gambaran Materi Pada Power Point dengan Karakter Mister Hepi

Kemudian materi dilanjutkan dengan menjelaskan tentang apa saja dampak yang akan terjadi apabila menggunakan gawai tidak efektif yang meliputi bisa membuat kita susah tidur, Membuat mata lelah bahkan bisa merusak mata, Membuat kecanduan, susah konsentrasi saat belajar. Pada materi ini respon siswa cukup baik yang ditunjukkan dengan siswa begitu antusias apabila diberikan pertanyaan seputar dampak yang merek aalami saat menggunakan gawai. Tidak jarang siswa banyak mengungkapkan bahwa gawai yang mereka gunakan bisanya untuk bermain game selama berjam-jam. Selain itu siswa juga mengutarakan pendapatnya tentang susahnya konsentrasi belajar bila sudah megaksesgawai untuk bermain Tiktok. Dari respon yang disampaikan oleh siswa maka materi akan diarahkan untuk melakukan praktik sederhana tentang teknik positive self talk.

Praktik melakukan positive self talk dipandu oleh Restu Dwi Ariyanto dan Rosalia Dewi Nawantara, M.Pd. Dengan menggunakan Mister Hepi sebagai figur yang mudah dipahami oleh siswa maka kegiatan praktik dapat berlangsung menarik dan menyenangkan. Namun sebelum memasuki tahap praktik, terlebih dahulu dilakukan relaksasi. Relaksasi dilaukan dengan peregangan otot agar sensor motorik siswa sudah siap untuk melakukan kegiatan. Relaksasi dilakukan selama 10 menit dengan gerakan duduk rileks, meluruskan tangan dan kaki, lalu mengepalkan jari-jari tangan serta memutarnya ke kanan dan ke kiri. Selain itu anak-anak juga diajak untuk mengatur pernafasan dengan menarik nafas dari hidung lalu menghembuskannya dari mulut.

Setelah anak merasa rileks, maka kegiatan pelatihan positive self talk dapat dimulai. Diawali dengan mengajak anak-anak untuk membaca positive statement. Positive statement yang telah disiapkan contohnya “Aku anak hebat”, “Aku Bisa Mengatur Waktu Dengan Baik Saat Memainkan Gawai”. “Aku Akan Stop Main Hape, Karena Ini Sudah Waktunya Belajar!”. “Kalau Main Gawai, Aku Akan Akses Informasi yang Baik”. “Saat Akan Tidur, Saya Tidak Akan Main Gawai” . Positive statement yang telah disiapkan oleh tim tersebut diintruksikan pada anak-anak agar dikatakan dengan covert speech atau didalam hati yang kemudian dibaca dengan suara berbisik. Dilanjutkan dengan covert speech yaitu mengatakannya dengan suara yang lantang. Harapannya dengan kegiatan tersebut, maka anak mencoba untuk menginternalisasi positive statement yang kemudian akan memengaruhi kontrol diri dalam perilaku menggunakan gawai dengan latihan yang berkelanjutan secara mandiri. Di akhir sesi yaitu sesi evaluasi, tim pemateri bersama mahasiswa memberikan pertanyaan evaluasi terkait bagaimana pengalaman mereka mengikuti kegiatan. Anak terlihat bersemangat dan menjawab pertanyaan dengan antusias. Mereka mengaku senang dan mereka pun bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan siswa memahami bahwa berapa jam harus menggunakan gawai, menggunakan gawai lebih baik setelah selesai belajar, dan sebagainya. Selain itu, siswa juga dipandu untuk mengisi angket untuk mengetahui tingkat pemahaman setelah diberi pelatihan.

Gambar 3. Sesi Evaluasi Pelatihan Positive Self-Talk

Kegiatan abdimas ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perubahan perilaku yang lebih baik terkait dengan kontrol diri dalam penggunaan gawai anak-anak di Rumah Baca Lentera Wilis. Selain itu, besar harapan tim abdimas agar kegiatan ini dapat berkelanjutan sehingga monitoring perubahan perilaku dapat optimal. (Restu Dwi Ariyanto, Rosalia Dewi Nawantara, Danastya Nurdwi Sukma Deva)