Pemanfaatan Play-Dough sebagai Media Konseling Anak Usia Dini

Permasalahan yang dimiliki anak saat ini cukup beragam. Mulai dari masalah yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan kariernya. Masalah-masalah yang timbul tersebut tentunya tidak boleh diabaikan namun membutuhkan penanganan. Seringkali yang terjadi, masalah tersebut sebenarnya sudah muncul namun orang tua atau guru menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Kewajaran yang timbul lambat laun juga menimbulkan masalah dikemudian hari bahkan saat dewasa. Agar masalah-masalah yang timbul tersebut tidak menjadi bomerang tentu harus diselesaikan sedini mungkin, mulai dari jenjang terendah.

Anak usia dini merupakan kategori anak dengan usia 0-6 tahun. Pada tahap ini seluruh perkembangan mulai terbentuk. Anak mulai belajar tentang konsep warna, bentuk, ukuran. Konsep-konsep tersebut merupakan ranah kognitif yang ada pada diri anak. Sedangkan kita tahu masih banyak perkembangan yang harus dikuasai oleh anak seperti agama, moral, sosial, atau emosinya. Selama proses perkembangan tersebut tentu tidak berjalan dengan mulus karena membutuhkan support system yang kuat. Salah satu support system di lingkungan pendidikan pada tahap usia dini adalah guru PAUD. Jenjang PAUD dikatakan sebagai prasekolah yang mana pada tahap tersebut anak belajar tentang keterampilan-keterampilan hidup sebelum masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Guru PAUD sebagai partner orang tua mempunyai andil dalam membantu mengentaskan masalah pada jenjang usia dini.

Begitu pentingnya peran guru PAUD dalam membantu mengentaskan masalah anak, maka Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri memberikan materi tentang “Pemanfaatan Play-Dough sebagai Media Konseling Anak Usia Dini” pada HIMPAUDI di Kecamatan Wonodadi, Blitar. Kegiatan tersebut dilakukan pada tanggal 5 Juli 2022, pukul 08.00 s.d. 10.00 WIB di Kelompok Bermain Mentari Bunda Kolomayan, dengan jumlah peserta sebanyak 30 guru PAUD. Narasumber pada kegiatan ini antara lain Laelatul Arofah, M. Pd., Santy Andrianie, M. Pd, dan Dr. Sri Panca Setyawati, M. Pd. Konseling merupakan salah satu bentuk bantuan yang dapat dilakukan oleh guru PAUD terhadap masalah yang dialami siswa.

Konseling pada jenjang PAUD tentu akan disesuaikan dengan karakteristik dari peserta didik itu sendiri. Tentu konsep yang diusung dalan kegiatan konseling tersebut melalui permainan, dalam hal ini menggunakan media play-dough. Alasan play-dough dipilih sebagai media konseling anak usia dini karena mudah didapatkan. Selain itu, tekstur dari play-dough itu sendiri membuat anak merasa nyaman memainkan sehingga tanpa sadar ketika guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar masalah yang dialami akan mudah menjawabnya.

Kegiatan yang dilakukan oleh Tim diawali dengan meminta 2 orang guru PAUD mempraktikkan penggunaan play-dough dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dari hasil praktik tersebut terbukti bahwa guru PAUD menggunakan play-dough sebagai sarana pembentukan ranah kognitif, seperti dengan membentuk buah-buahan dari play dough. Padahal dalam praktik konseling, play-dough bisa dimanfaatkan dalam mengungkap informasi berkaitan dengan kondisi siswanya.

Proses konseling yang dilakukan terhadap anak usia dini tentu membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, salah satunya adalah orang tua. Informasi yang didapat dari siswa tentu akan lebih valid dengan dukungan informasi dan bantuan yang diberikan oleh orang tua. Dari pemaparan narasumber terdapat tahapan-tahapan dalam konseling anak usia dini antara lain diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi dan tindak lanjut. Pada prinsipnya kegiatan konseling menggunakan play-dough bertumpu pada proses membuat anak bercerita, kemudian melepaskan emosi yang dirasakan, lalu menyelesaikan masalahnya. Tentu dalam prosesnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dibutuhkan kedekatan antara siswa dan guru agar siswa mudah bercerita. Selain itu, bentuk kreativitas guru PAUD juga sangat dibutuhkan dalam proses konseling, mulai dari media yang digunakan, serta bentuk pertanyaan yang diberikan ke siswa. Disarankan guru PAUD membuat daftar pertanyaan yang jawabannya bersifat terbuka, bukan sekedar jawaban Ya dan Tidak. Pertanyaan yang bisa dilontarkan seperti, “Apa yang membuat kamu bahagia?”, “Apa yang kamu rasakan saat dipeluk Ayah dan Bunda?”. Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut akan berkembang sehingga eksplorasi masalah siswa akan lebih mudah.

Harapan dalam kegiatan ini tentu guru PAUD dapat lebih kreatif dalam menggunakan media yang ada di sekitar dalam rangka membantu siswa yang mengalami masalah. Kreatifitas merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh guru agar mampu memberikan pembelajaran yang optimal. Guru dapat memanfaatkan berbagai media yang ada disekitar demi memberikan pembelajaran yang bermakna untuk siswanyaBagaimanapun juga permasalahan siswa yang diselesaikan sedini mungkin akan membantu mereka mencapai tugas perkembangan selanjutnya lebih mudah. Sebaliknya, apabila siswa tidak terselesaikan masalahnya sejak dini maka akan menghambat tugas-tugas perkembangan selanjutnya yang tentu akan lebih berat.  Memang konseling anak usia dini sulit dilakukan, namun bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan. (Laelatul Arofah, Santy Andrianie, Sri Panca Setyawati, Linda Novi Rahayu)