Matematika merupakan ilmu yang menjadi induk dari semua ilmu pengetahuan.
Hal tersebut menjadikan matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam
berbagai aspek kehidupan, karena banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat diselesaikan dengan matematika. Oleh sebab itu, matematika diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi dan dalam
pembelajaran matematika peserta didik tidak hanya mempelajari konsep matematika
saja, tetapi peserta didik juga diharapkan mampu menerapkan konsep pada pemecahan
masalah sehari-hari. Akan tetapi kenyataan dalam kehidupan di sekolah tidak selalu
sesuai harapan.
Berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan di SDN Kunjang 3, ditemukan
banyaknya miskonsepsi yang dialami peserta didik saat menyelesaikan soal-soal
matematika. Salah satu contohnya adalah kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita
mengenai materi pembagian dan perkalian, dimana peneliti mendapatkan data bahwa
peserta didik kelas 3 SDN Kunjang 3 masih kesulitan mengubah soal cerita ke bentuk
konsep matematika yang sudah dipelajari sebelumnya. Peserta didik yang sebelumnya
sudah paham materi pembagian dan perkalian merasa kebingungan apabila dihadapkan
dengan soal cerita yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Kendala lain yang
ditemui peneliti adalah peserta didik sulit membedakan soal cerita yang memiliki
penyelesaian dengan pembagian atau soal yang memiliki penyelesaian perkalian.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh mahasiswa adalah melakukan observasi di
SDN Kunjang 3 guna mengetahui permasalahan yang dialami peserta didik dalam
memahami suatu materi. Pada fase B, peserta didik dituntut untuk mampu menganalisis
atau mengaitkan materi yang sudah dipelajari di sekolah dengan kehidupan sehari-hari,
oleh karena itu peneliti menggunakan materi soal cerita pada konteks pembagian dan
perkalian yang kemudian peneliti ujikan dengan cara memberikan lembar soal tentang
materi tersebut.
Soal yang diujikan memuat 3 level kognitif yaitu level C2, level C3, dan Level C4.
Level C2 adalah peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami penjumlahan dan
pengurangan berulang yang dapat ditulis dengan operasi perkalian dan operasi
pembagian, level C3 adalah peserta didik dapat menerapkan operasi perkalian dan
pembagian dalam menyelesaikan persoalan, dan level C4 adalah menganalisis
hubungan persoalan pada soal cerita yang nantinya akan diselesaikan dengan operasi
pembagian dan operasi perkalian. Hasil pre test dari 7 peserta didik kelas 3 disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa presentase peserta didik pada setiap level
masuk pada kategori rendah, sehingga dapat ditarik kesimpulan hampir seluruh peserta
didik kelas 3 tidak dapat memahami, menerapkan, dan menganalisis soal cerita dengan
baik. Peserta didik kelas 3 SDN Kunjang 3 memiliki keterbatasan dalam memahami
konsep serta menerapkan konsep pembagian dan perkalian pada soal cerita atau
kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan peserta didik mengalami miskonsepsi
dalam penyelesaian persoalan, hal tersebut dikarenakan metode ceramah yang
digunakan oleh guru mengakibatkan peserta didik merasa bosan dan tidak
memperhatikan dengan saksama sehingga mengakibatkan tingkat pemahaman rendah.
Perlu adanya pembaharuan metode pembelajaran untuk menarik minat peserta didik
dalam belajar soal cerita, peneliti menggunakan media pembelajaran “PERGISOTA”
yang merupakan singkatan dari perkalian dan pembagian soal cerita. Media pembelajaran tersebut dibuat setelah mengetahui hasil pre test dan menganalisis
kompetensi yang tergolong rendah. Berikut penjelasan media pembelajaran penunjang
kemampuan menerapkan konsep pembagian dan perkalian pada soal cerita:
Media Pembelajaran “PERGISOTA”
Pada media PERGISOTA ini terdapat pemaparan materi berupa video
pembelajaran dan latihan soal yang disesuaikan dengan level beserta pembahasannya.
Melihat masih banyaknya peserta didik yang memiliki hambatan dalam proses
pembelajaran. Perlu digunakan media pembelajaran yang dapat mengatasi
permasalahan tersebut dan media video pembelajaran menjadi salah satu alternatif
untuk penyampaian materi tersebut.
Penyampaian video pembelajaran yang dilakukan di awal dan kemudian peserta
didik akan dihadapkan dengan latihan soal yang diklasifikasikan menjadi beberapa level kognitif. Level kognitif yang peneliti terapkan adalah level kognitif memahami,
menerapkan, dan mengenalisis soal. Peserta didik akan dipersilakan untuk
mengerjakan level 1 terlebih dahulu dan apabila jawaban peserta didik salah maka akan
otomatis kembali ke soal awal, setelah peserta didik mampu menjawab soal dengan
benar akan ada pembahasan, pembahasan ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman lagi agar tidak terjadi miskonsepsi pada soal soal selanjutnya.
Penggunaan media pembelajaran ini tentu dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan menurunkan miskonsespsi dalam menyelesaikan soal cerita karena peserta
didik dapat belajar dengan aplikatif. Tabel di bawah ini menunjukan hasil post test
setelah diaplikasikannya media PERGISOTA, berikut data hasil post test:
Tabel 2. Hasil post test peserta didik kelas 3
Berdasarkan hasil post test ditemukan bahwa hampir semua peserta didik
mengalami peningkatan secara signifikan yang mana soal berjumlah 6 dengan 2 soal
merupakan level C2, 2 soal merupakan level C3, dan 2 soal merupakan level C4 dapat
dikerjakan dengan baik oleh peserta didik. Sehingga kegiatan di SDN Kunjang 3 berhasil
mencapai tujuan, hal tersebut dilihat dengan meningkatnya pemahaman konsep peserta
didik melalui penggunaan media yang interaktif dan menarik. Peserta didik berhasil
meningkatkan kemampuannya dengan menerapkan konsep yang dipelajari melalui
penggunaan media. Selain itu, motivasi peserta didik dalam memahami konsep juga
meningkat, hal ini ditunjukkan dengan semangat mereka dalam mengikuti kegiatan dan
memecahkan masalah yang disajikan melalui cerita.
(Bambang Agus Sulistyono1, Cicio Caesar Ramadhan2, Dewi Nur Arifah3, Fanny
Rahma Eka Aprianny4, Yunita Reza Amanda5)