PERAN PUSAT INFORMASI KONSELING MAHASISWA (PIK-M) DALAM MEMBANTU MENURUNKAN GEJALA KESEHATAN MENTAL MAHASISWA DI ERA DISRUPSI

Suatu masa dimana perubahan terjadi sangat cepat. Tuntutan mencapai tujuan dengan cepat tapi kesulitan untuk menikmati prosesnya. Tuntutan untuk bisa mencapai hasil dengan cepat tanpa menyadari proses yang dilakukan. Masa dimana segala kemudahan didapat dengan adanya kemajuan teknologi. Itulah yang dikenal dengan masa atau era disrupsi. Era disrupsi adalah era terjadinya perubahan yang sangat signifikan guna memudahkan, memunculkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas serta kecepatan dalam kehidupan dengan meninggalkan cara hidup dan pola kerja konvensional atau lama.

Keadaan yang terjadi sangat kompetitif. Baik dari segi teknologi, sosial, dan bahkan Pendidikan. Pada segi Pendidikan terutama, adanya Pendidikan dijadikan sebagai landasan untuk membangun peradaban dan kemajuan dari suatu bangsa. Tentu saja pembaharuan-pembaharuan baik dari segi system dan pendekatan dalam Pendidikan banyak diteliti dan digali guna menghasilkan satu sistem dan pendekatan pendidikan yang tepat untuk mencapai tujuan manusia yang berkualitas pada era disrupsi ini.

Tumbuhnya kemajuan Pendidikan pada era disrupsi tentunya tidak saja disertai dengan hal-hal baik, tapi juga disertai dengan adanya konsekuensi yang tidak baik. Salah satu contoh konsekuensi dalam dunia Pendidikan yang tidak baik adalah munculnya ketidaksiapan dari para mahasiswa dalam menghadapi era disrupsi. Ketidaksiapan mereka dalam menghadapi era disrupsi bisa menumbuhkan keadaan jiwa yang tidak stabil atau mengalami gangguan kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental adalah keadaan jiwa yang mempengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya.

Tekanan umum pada era disrupsi juga menjadi alasan banyak terjadinya gangguan kesehatan mental yang terjadi. Beberapa contoh tekanan umum yang terjadi pada era ini adalah adanya digital overload yakni penggunaan media sosial yang hampir 24 jam setiap harinya dan juga adanya fear of missing out (FOMO) keadaan dimana ada rasa takut jika ketinggalan sesuatu dari orang lain. Adanya krisis identitas digital yakni keadaan personality yang tidak sama antara apa yang ditampilkan di online dan realita. Adanya tekanan akademik dan karier yakni adanya ketidakpastian dalam dunia kerja, minimnya lapangan perkerjaan dan persaingan yang sangat ketat. Tekanan umum pada era disrupsi ini tidak jarang berdampak negative di lapangan.

Fakta di lapangan mengatakan dampak remaja pada era disrupsi, diantaranya adalah tekanan untuk berprestasi dan tuntutan untuk bisa “serba cepat”, banyaknya ledakan informasi dan media sosial yang belum jelas akuratnya, ketiddakpastian akan masa depan, siolasi sosial dalam digitalisasi, persaingan yang tidak tampak dan jelas, dan frustasi karena tujuan yang diinginkan tidak didapatkan. Fakta terkait dampak remaja pada era disrupsi ini semakin nyata dengan munculnya berbagai fenomena di lapangan.

Berdasarkan beberapa fenomena yang terjadi di lapangan, adanya kasus kesehatan mental yang terjadi pada mahasiswa berujung pada pengakhiran hidup mereka atau bunuh diri. Pada media sosial, di Solo Juli 2025 ditemukan seorang mahasiswi yang memilih mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri di Sungai Bengawan Solo tengah menjadi sorotan tersendiri. Selain itu hal serupa terjadi di beberapa kota besar, mahasiswa yang memilih mengakhiri hidupnya karena terjerat pinjaman online (pinjol) untuk memenuhi gaya hidup dan putus asmara dengan kekasih. Serta, terdapat peristiwa remaja melakukan pembakaran rumah karena orangtua tidak mampu membelikan motor dan remaja menganiaya ibu kandungnya sendiri karena ibunya tidak memberikan uang ketia dimintai.

Peristiwa-peristiwa di atas sangat miris terjadi, apalagi mereka berada pada usia remaja akhir yang masuk dewasa awal. Berdasarkan tugas perkembangan seharusnya mereka sudah mampu untuk mencapai kemandirian emosional dan ekonomi, mampu membangun hubungan yang matang dengan teman sebaya, mempersiapkan diri untuk karir dan keluarga, mengembangkan sistem nilai dan etika, serta menerima dan mengelola perubahan fisik.

Hal baik yang bisa dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa yang berada di tingkat universitas guna mencapai tugas perkembangannya dan menyiapkan diri untuk sampai tujuan pada era disrupsi ini adalah dengan mengadakan satu kegiatan konseling. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah dengan bergabung dengan pusat informasi konseling mahasiswa (PIK-M). Konseling merupakan bantuan interpersonal yang dlilakukan oleh tenaga profesional untuk memahami dirinya, mengelola emosi, dan mengambil keputusan sehat.

Konseling dilakukan tidak saja untuk orang dengan gangguan kesehatan mental, tetapi untuk semua individu yang menhadapi tantangan psikologis dan sosial. Pada era disrupsi ini, konseling menjadi alat bantu yang cukup krusial untuk menjaga stabilitas mental di Tengah perubahan yang sangat cepat. Setidaknya dengan mengikuti kegiatan PIK-M, mahasiswa akan belajar untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi era disrupsi.

Ada beberapa hal terkait keuntungan ketika mahasiswa yang tergabung dalam PIK-M bisa memiliki keterampilan dalam melakukan konseling. Beberapa diantaranya fungsi konseling adalah a. menguatkan daya resiliensi (ketangguhan) dan self hardiness (ketahanan diri individu terhadap tekanan social digital, b. mengembangkan keterampilan coping yakni penyesuai diri terhadap stress yang dialami, c. membantu membangun identitas diri otentik di Tengah arus perbandingan sosial media, dan d. memberikan ruang aman untuk refleksi dan eksplorasi emosi tanpa takut dihakimi.

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan PIK-M diharapkan bisa memberikan bantuan kepada setiap mahasiswa yang ada di kampus mereka. Sehingga berdampak pada turunnya masalah yang terjadi pada era disrupsi. Hal penting yang harus diperhatikan oleh mahasiswa untuk bisa membantu sesamanya adalah mengetahui tanda-tanda mahasiswa lain yang membutuhkan bantuan dari segi kesehatan mental mereka. Tanda-tanda itu diantaranya, terlihat perubahan perilaku drastis yang terjadi misal seperti tiba-tiba menjadi murung, pemarah, dan menyendiri. Adanya perilaku cemas yang sangat berlebihan pada masa depannya, menurunya minat pada yang yang dulu disukai, dan memeiliki ekspresi keputusasaan atau kaingin menyakiti diri sendiri.

Pada era disrupsi ini, tanda-tanda demikian terlihat samar karena adanya anggapan normal dan tingginya eksplosur teknologi. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa yang tergabung dalam PIK-M unt uterus mengasah wawasan mereka terutama melakukan literasi mental. Kemudian yang akan menjadi pertanyaan lagi adalah, apakah mahasiswa mampu secara profesional memberikan praktik konseling kepada mahasiswa lain yang membutuhkan?. Jawabnnya, tentu saja tidak. Konseling profesional hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terkualifikasi berdasarkan latar belakang pendidikannya dan dalam praktiknya mereka menggunakan pendekatan-pendekatan yang ilmiah.

Mahasiswa yang bergabung dalam kegiatan PIK-M diharapkan bisa membantu temannya yang memiliki masalah gangguan seperti di atas dengan menjadi konselor sebaya. Konselor sebaya, bisa dimunculkan dengan mahasiswa menjadi pendengar yang aktif sesame temannya, mahasiswa bertindak sebagai support sistem bagi teman-temannya, mahasiswa menjadi teman yang lebih mudah dipercaya dan diterima oleh sebanyanya, dan mahasiswa bisa menjadi penghubung ke konseling dengan bantuan profesional.

Seperti dijelaskan di atas, bahwa dampak yang terjadi pada era disrupsi hampir tidak terlihat karena dampak tersebut untuk saat ini dianggal hal yang normal dan wajar. Hanya saja normalisasi dari dampak tidak sesuai dengan keadaan dari jiwa kita yang sesungguhnya, sehingga hal ini menjadi akar masalah terjadinya gangguan kesehatan mental pada era disrupsi. Keterlambatan lingkungan dalam mengetahui dampak era disrupsi akan berdampak pada kualitas dari remaja saat ini. Oleh karena itu, pentingnya diadakan kesadaran, gerakan, dan tindakan untuk menkampanyekan kesadaran kesehatan mental. Salah satu wadah untuk bisa menyuarakan kesehatan mental adalah melalui kegiatan PIK-M di tingkat universitas. Materi ini disampaikan pada acara pengabdian masyarakat dengan sasaran 112 mahasiswa yang bergabung dalam kegiatan PIK-M universitas Nusantara PGRI Kediri pada 3 Juli 2025. (Yuanita Dwi Krisphianti, Sri Panca Setyorini, Risaniatin Ningsih, Guruh Sukma Hanggara, Galang Surya Gemilang).